SELAMAT DATANG DI BLOGKU SEMOGA BERMANFAAT

Sabtu, 31 Maret 2012

Tugas-Tugas Perkembangan

BAB I
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Faktor yang mempengaruhi Perkembangan.
1. Definisi Perkembangan.
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologi saja, tetapi juga aspek biologis.
Secara singkat, perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan1.
2. Faktor-Faktor Yang Mempergaruhi Perkembangan.
Sebenarnya, sudah beberapa abad lalu para ilmuwan dan para pemikir memperhatikan seluk-beluk kehidupan anak, khususnya dari sudut perkembanganya, unutk mempengaruhi berbagai proses perkembangan, mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hiup yang didambakan. Anak harus tumbuh dah berkembanga menjadi menusia dewasa yang matang sanggup dan mampu mengurus dirinya sendiri, dan tidak selalu bergantung pada orang lain, atau bahkan menimbulkan masalah bagi keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Sejak abad pertengahan, aspek moral dan pendidikan keagamaan menjadi pusat perhatian dan menjadi tujuan umum dari pendidikan. Pandangan terhadap anak sebagai pribadi yang masih murni, jauh dari unsur-unsur yag mendorong anak pada perbuatan-perbuatan yang tergolong dosa dan tidak bermoral, banyak dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas keagamaan.
Memasuki akhir abad ke 17, seorang filosof inggris bernama John Locke mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan kepribadian anak.
Meskipun dewasa ini sudah menjadi keyakinan umum bahwa setiap anak manusia perlu mendapatkan pendidikan, sekadar untuk menjadi bahan perbandingan, di sini dikemukakan teori-teori yang memberikan berbagai pandangan, baik yang menolak maupun yang menerima adanya pengaruh pendidikan tersebut2.
Telah sekian lama para ahli didik, ahli bilogis, ahli psikologi, dan lain sebagainya memikirkan dan berusaha mencari jawaban atau pertanyaan: sebetulnya, perkembangan manusia itu tergantung beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembanan sebagai berikut:
a. Aliran Nativisme (Aliran Pembawaan).
Native, artinya: mengenai kelahiran atau pembawaan. Jadi aliran navitisme adalah paham yang menitikberatkan pentingnya faktor dasar yang diawa sejak lahir. Menurutnya, perkembangan individu itu semata-mata memungkinkan dan ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Para pendukung nativisme biasanya mempertahankan kebenaran pandangan tersebut yaitu dengan menunjuk berbagai kesamaan atau kemiripan antara pihak orang tua dengan anak-anaknya.
b. Aliran Empirisme.
Yang terkenal, empirisme berarti “pengalaman” empirisme, maksudnya adalah aliran yang mengutamakan peranan faktor pengalaman, lingkungan , atau pendidikan, dan tidak mengakui peranan faktor dasar atau pembawaan sejak lahir. Menurut kaum empiris perkembangan individu semata-mata dimungkinkan dan di tentukan oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor pembawaan tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh utama aliran empirisme adalah John Locke, seorang yang terkenal menganggap pendidikan sebagai “maha kuasa” untuk mencetak manusia macam apa saja yang dicita-citakan. Sehingga tak ayal lagi, sebagai Hujjah untuk membenarkan pandangannya, pengikut aliran ini menunjukkan jasa pendidikan dengan segala fasilitas yang tersedia, dalam menciptakan orang-orang besar caliber dunia.
Apakah benar, aliran empirisme ini akhirnya berhasil menghadapi bantahan dari luar? Sebagai contoh, jika memang pandangan tersebut benar benar bisa diandalkan, niscaya orang tua akan selalu berhasil menjadikan anak-anaknya menjadi “manusia ideal” asal saja, ia dapat menyediakan lingkungan beserta fasilitas yang memadai. Katakanlah, orang-orang kaya yang sekaligus intelektual, anak yang kalau diluar sekolah menjadi penjual koran sekaligus penjual koran, tidak mustahil bisa mencapai prestasi studi yang tinggi. Apakah mereka ini punya lingkungan yang baik, dan lagi apakah fasilitas yang lengkap? Maka jelaslah, baik nativisme maupun empirisme, sama-sama menyandang kelemahan kerena pandangan masing-masing yang berat sebelah. Lalu menyusul aliran ketiga, yaitu konvergensi.
c. Aliran Konvergensi.
Dalam bahas inggris koverge, artinya memusatkan pada satu titik, atau bertemu. Maka bisa di artikan, konvergensi, adalah “titik pertemuan” agaknya memang benar, oleh karena kehadiran aliran ini telah mempertemukan dua pandangan ekstrim, nativisme dan empirisme. Bahwa perkembangan individu itu dimungkinkan dan diprngaruhi oleh dua faktor pembawaan dan lingkungan. Sebaliknya lingkungan saja tanpa pembawaan ini juga tidak mungkin. Demikian menurut pandangan konvergensi. Banyak contoh yang bisa dikemukkan untuk mendukung pendapat tersebut.
Menurut pembawaannya, anak manusia yang normal pasti bisa berbicara. Ini adalah kodrat, yang memang telah dianugrahkan oleh Allah SWT. Tetapi dalam prkteknya, kemampuan dasar tersebut akan mempengaruhi bahkan tunduk kepada lingkungan di mana anak berbeda. Tanpa usaha yang istimewa dari orang tua, biasanya anak akan berbicara dengan bahasa lingkungannya. Lingkungannya berbicara dengan bahasa jawa, ya anak itu juga tinggal ikut-ikut saja. Akan membuat orang tua kecewa, jika dalam lingkungan semacam itu seorang anak di paksa, misalnya agar berbicara dengan bahasa inggris atau bahasa Arab. Hasilnya, pembawaan sang anak untuk mampu berbicar akhirnya harus bertemu dalam keadaan saling pengertian dengan lingkungan yang mengitarinya.
Demikianlah, tiga aliran yang amat terkenal dalam berbagai cabang ilmu pendidikan, akan ditemui uraian mengenai nativisme, pempirisme, dan konvergensi itu misalnya, ketika mempelajari; pengantar ilmu pendidikan, sejarah pendididkan, didaktik, metodik, ilmu jiwa pendidikan, ilmu jiwa perkembangan itu sendiri dan lain-lain. Intinya hampir sama, yakni dalam kaitan dengan faktor mana yang berpengaruh, tetapi sebenarnya sekedar menunjuk tiga Aliran tersebut, kita belum memiliki gambaran yang jelas tentang faktor–faktor apa yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Karena betapapun juga, itu lebih bersifat tijauan teroritis. Kita masih perlu melihat perinciannya secara praktis, sesuai dengan kenyataan yang menyertai kehidupan manusia sehari-hari.
Dalam hubungan ini, menarik kiranya untuk dikemukakan, pendapat Drs. Kasmiran Woerjo, yang mula-mula membagi faktor exogeen.
a. Faktor Endogeen.
Faktor endogeen adalah faktor dari dalam yang dibawa anak manusia sejak awal kehidupannya. Faktor endogeen ini bisa terbagi menjadi dua macam: faktor fisik dan psikis.
b. Faktor Exogeen.
Sebagaimana disebutkan terdahulu, sekurangnya faktor exogeen ini ada 6 macam, yaitu:
1. Faktor Biologi.
Bisa diartikan biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan primer seorang anak pada awal kehidupannya. Afktor ini wujudnya berpengaruh yang datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah, misalnya kasih sayang, hubungan batin, memberi makanan, minuman, dan melindungi dari segala macam gangguan.
2. Faktor Physis.
Maksudnya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan geografis, seperti iklim, kadaan alam, tingkat kesuburan tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dan sebagainya.
3. Faktor Ekomonis.
Dalam perkembangannya, betapapun ukurannya bervariasi, seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk makan minum di rumah, tetapi juga membeli Alat-alat sekolah.
4. Faktor Kultural.
Maksudnya disini adalah pengaruh pada kelompok masyarakat yang masing-masing mempunyai kultur , budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri.
5. Faktor Edukatif.
Pendidikan tak dapat disangkal mempunyai pengaruh perkembangan anak manusia. Faktor pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya dibanding faktor yang lainya.
6. Faktor Religius.
Lebih dari posisinya sebagai pemimpin agama kita dapat pula memyoroti dari segi akhlak dan pola tingkah laku anak kyai. Sudahlah pasti, is akan berbeda dengan anak lain yang lebih-lebih yang memang tidak beragama sama sekali3.
Adapun Ayat-Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang perkembangan yakni sebagai mana dalam surat Ar ruum ayat 40 yang artinya:
"Allah-lah yang menciptakan kamu, Kemudian memberimu rezki, Kemudian mematikanmu, Kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan."
B. Tugas-tugas Perkembangan.
1. Tugas Perkembangan fase bayi dan anak-anak.
Secara kronologis (manurut urutan waktu), masa bayi berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai berusia atau tahun. Sedngkan masa kanak-kanak adalah masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia antar lima sampai enam tahun.perkembanga biologis pada masa ini berjalan pesat, tetapi seara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama lingkngan sekolah.
Tugas-tugas perkembangan pada fase ini meliputi kegiatan-kegiatan beljar sebagai berikut:
a. Belajar memakan makanan keras, misalnya: mulai dengan bubur susu, bubur keras, nasi dan seterusnya.
b. Belajar berdiri dan berjalan, misalnya: mulai dengan berpegang pada tembok atau sandaran kursi.
c. Belajar berbicara, misalnya: mulai menyebut kata ibu, ayah, dan nama-nama benda sederhana yang ada di sekelilingnya.
d. Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya, misalnya: mulai dengan meludah, membuang ingus dan seterusnya.
e. Belajar membadakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan bersopan santun seksual.
f. Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam arti memulai siap mengenal huruf, suku kata dan kata-kata tertulis.
g. Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan ibunya, dengan Ayah, saudara kandung, dan orang-orang di sekelilingnya.
h. Belajar memedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk, juga antara hal-hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau membentuk bentuk kata hati (hati nurani)
2. Tugas perkembangan fase anak-anak.
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri utama sebagai berikut: 1) memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya, 2) keadaan fisik yang memungkinkan/mendorong anak memasuki dunia permainnan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani, 3)memiliki dorongan mental memasuki dunia konsep, logika, simbol, dan komunikasi yang luas.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada mas perkembangan kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal sebgai berikut:
a. Belajar keteampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh, lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran, dan seterusnya.
b. Menbia sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri.
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakat.
d. Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan sebagai seorang wanita (jika ia wanita).
e. Mengembangkan dasr-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (matematika dan aritmatika).
f. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat.
h. Menembangkan sikap objektif/lugas baik positif maupun negatif terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan.
i. Belajar mencapai kemerdekaan taua kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggung jawab4.
3. Tugas perkembangan fase remaja.
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen, (2) minat seksualital, dan (3) kecenderungan unutk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.
Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa indentitasnya. Maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembngkan perilaku yang menyimpang, melakukan kriminalitas, atau menutup diri.
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi pencapaian dan persiapan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan masa dewasa yaitu sebagai berikut:
a. Mencapai pola hubungan baru yang lebih metang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku.
b. Mencapai peranan sosial sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan peranan soaial seorang wanita (jika ia wanita) selaras dengan tuntunan dan kultural masyarakat.
c. Menerima kasatuan organ-organ tubuh pria (jika ia seorang pria) dan kesatuan organ-organ tubuh wanita (jika ia seorang wanita) dan mengunaakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing.
d. Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakatnya.
e. Mencapai kemerdekaan/ kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainya dan mulai menjadi dirinya sendiri.
f. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan dan kehidupan berkeluarga yakni seagai suami dan istri.
g. Memperoleh seperangkat nilai dn sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku dan mengebangkan ideologi unutk keperluan kehidpan kewrganegaraanya.
4. Tugas Perkembangan Dewasa.
Masa dewasa awal ialah fase perkembangan saat seorang remaja measuki masa dewasa, yakni usia 21-40 taun. Sebelum memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang dewasa atau masa remaja akhir yang lazimnya berlangsung 21-22 tahun.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Mulai kerja mencri nafkah, khususnya apabila ia tidak melanjutkan karier akademik.
b. Memilih teman atau pasangan hidup rumah tangga.
c. Mulai memasuki kehdupan berumah tangga, yakni menjadi seorang suami, istri.
d. Belajar hidup bersama pasangan dalam suasana rumah tangga, yakni dengan suami atau istrinya.
e. Mengeola tempat tinggal untuk keperluan rumah tangga dan keluarganya.
f. Membesarkan anak-anak dengan menyediakan pangan, sandang dan papan yang cukup dan memberikan pendidikan yang memadai.
g. Menerima tanggung jawab kewarganegaraan sesuai dengan perundang-undangan dan tuntunan soaial berlaku di masyarakatnya
h. Menemukan kelompok sosial yang cocok dan menyenangkan.
5. Tugas Perkembangan Masa Setengah Baya.
Masa setengah baya adalah masa yang berlangsung anatara usia 40-60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas kedua. Julukan ini timbul karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional/ mudah marah dan bahkan jatuh cinta lagi.
Di kalangan kaum wanita biasanya tampak gejala deprasi (murung), cepat tersinggung, cemas dan khawatir kehilangan kasih sayang anak-anak yang sudah mulai menajak dewasa. Selain itu wanita setangah baya juga acapkali merasa cemas aka kehilangan suami karana pada umumnya diiringi dengan timbulnya tanda-tanda tau garis-gais ketuaan di bagian tertentu pada tubuhnya.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mencapai tanggung jawab soaial dan kewarganegaraan secra leih dewasa.
b. Membantu anak-anak yang berusia balasan tahun ( khusus anak kandungnya sendiri) agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang berbahagia dan bertangung jawab.
c. Menembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainya.
d. Menghubungkan siri sedemikan ruupa dengan pasangannya sebagai seorang pribadi yang utuh.
e. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologi yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
f. Menapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier.
g. Menyesuaikan diri dengan kehidupan (khususnya dalam hal cara bersikap dan bertindak) orang-orang usia lanjut.
6. Tugas Perkembangan Fase Usia Tua.
Masa tua adalah masa terakhir kehidupan manusia. Masa ini berlangsung antara usia 60 tahun sampai mengembuskan naas terakhir (akhir hayat). Mereka sudah mengijak umur 60 tahun ke atas yang dalam istilah psikologi disebut “senescnce” (masa tua) biasanya ditandai oleh perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.
Diantara peruahan-perubahan tersebut adalah menurnnya kekuatan otot-otot tanga dan otot-otot yang menyangkut seluruh tubuh, oleh karena itu pada umumnya orang tua mudah lelah dan unutuk mengembalikan kesgaran tubuhnya itu memerlukan waktu yang lama dari pada ketika masih berusia muda.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa tua sesuai denga berkurangnya kekuatan atau kesehatan jasmaniahnya itu adlah sebagai berikut:
a. Menesuaikan diri dengan menurunya kekuatan dan kesahatan jasmaniahnya.
b. Menyesuaikan diri dengan keadaan pensiun dan berkurangnya income (penghasilan).
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya (suami atau istrinya).
d. Membina hubungan yang tegas (afiliasi ekspelasi) dengan para anggota kelopok seusianya.
e. Membina pengaturan jasmania sedemikan rupa agar memuaskan dan sesuai dengan kebutuhannya.
f. Menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap peranan-peranan soaial dengan cara yang luwes5.


Sabtu, 24 Maret 2012

Pengertian al-Qur'an

Tugas Kelompok

AL-QUR’AN
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Metodologi Studi Islam
Dosen: Ajahari M.Ag







Disusun oleh;
Moh. Syamsu Dhuha
Yusup
Fauzianor
Juminawati



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PALANGKARAYA


A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an menjadi salah satu mukjizat besar Nabi Muhammad SAW, sebab turunnya al-Qur’an melalui perantara beliau, al-Qur’an mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberlangsungan umat manusia di Dunia. Betapa tidak, semua persoalan manusia di dunia sebagian besar dapat ditemukan jawabannya pada al-Qur’an. Oleh karenannya kemudian al-Qur’an di yakini sebagai firman Allah yang menjadi sumber hukum Islam pertama sebelum Hadist. Banyaknya persoalan manusia yang berkembang dimasyarakat pada akhir-akhir ini, salah satu penyebabnya ditengarai banyak manusia yang sudah mulai meninggalkan dan melupakan al-Qur’an. Oleh karenanya, dalam memahami al-Qur’an diperlukan pengetahuan tentang sejarah dan pengertian serta pendekatan-pendekatan untuk memahami al-Qur’an, agar al-Qur’an dapat memberikan jawaban yang pas dan sesuai dengan sekian banyak persoalan yang berkembang dimasyarakat. Jawaban yang sesuai dan pas dengan apa yang dibutuhkan dan dirasakan masyarakat pada saat ini sangat berarti dan berdampak positif bagi Islam yang dikenal sebagai agama yang rahmatan lil ’alamin.

B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Turunnya al-Qur’an
Sebagai kalamulloh yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril as, al-Qur’an diturunkan tidak secara sekaligus melainkan melalui beberapa tahapan:
• Malaikat Jibril as memasukkan wahyu itu kedalam hati Nabi Muhammad SAW,
• Malaikat Jibril as menampakkan dirinya kepada Nabi dalam rupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan menghafalnya,
• Wahyu datang kepada Nabi seperti gemerincing lonceng sehingga cara ini dirasakan beliau sebagai cara menerima wahyu yang sangat berat.

Cara turunnya wahyu yang disebutkan diatas memberikan penjelasan kepada kita bahwa turunnya al-Qur’an adalah secara berangsur-angsur, karena ada beberapa hikmah yang bisa diambil, seperti:
• Lebih memudahkan pelaksanaan dan pemahaman sehingga orang yang dikenai perintah tidak enggan melaksakan ketentuan-ketentuan hukum yang terkandung didalam ayat-ayat al-Qur’an,
• Diantara ayat-ayat al-Qur’an ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Hal ini sudah barang tentu sulit jika al-Qur’an diturunkan secara sekaligus ,
• Ayat-ayat al-Qur’an ada yang diturunkan disesuaikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga lebih mengesankan dan lebih berpengaruh dihati,
• Ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan ada yang merupakan jawaban daripada pertayaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan .

Ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika nabi Muhammad masih tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang diturunkan setelah nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Di dalam kepustakaan, ayat-ayat yang turun tatkala nabi masih berdiam di Mekah maka disebut dengan ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun sesudah nabi hijrah ke Madinah maka dinamakan ayat-ayat Madaniyah. Adapun ciri-cirinya yaitu:
• Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi al-Qur’an, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Ayat-ayat Madaniyah pada umunya panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi al-Qur’an, terdiri dari 28 surat, 1.456 ayat,
• Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata ya ayyuhannas (hai manusia) sedangkan ayat-ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata ya ayyuhalladzina aamanu(hai orang-orang yang beriman)
• Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya mengenai tauhid, hari kiamat, akhlak dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu, sedangkan ayat-ayat Madaniyah memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat dan sebagainya,
• Ayat-ayat Makkiyah diturunkan selama 12 tahun 13 hari, sedangkan ayat-ayat Madaniyah selama 10 tahun 2 bulan 9 hari.
Dari keterangan diatas, ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad masih berserakan dalam bentuk tulisan di atas pelepah daun kurma, lempengan batu dan kepingan tulang, disamping terpelihara dalam hafalan para sahabat. Pada zaman Abu Bakar, para penghafal dan penulis wahyu banyak yang gugur dimedan perang sehingga atas usul Umar bin Khattab, ayat-ayat yang masih berserakan tersebut agar dihimpun dalam mushaf yang sampai sekarang berada ditangan kita.


2. Pengertian Al-quran
Dari segi bahasa, terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian al-Quran. Sebagian berpendapat, penulisan lafal al-Qur’an dibubuhi hamzah(dibaca القرأن ). Pendapat lain mengatakan penulisannya tanpa dibubuhi hamzah(dibaca القرأن ). Asy-syafi’i, al-Farra dan al-Asy’ari termasuk di antara ulama’ yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis tanpa huruf hamzah.
Asy-syafi’i mengatakan, lafal al-qur’an yang terkenal itu bukan mustyaq (pecahan dari akar kata apa pun) dan bukan pula berhamzah. Lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian Kalamulloh yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan demikian menurut Asy-syafi’i, lafal tersebut bukan berakar dari kata qara-a (membaca), sebab kalau akar katanya qara-a, tentu tiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai al-Qur’an karena lafal tersebut memang khusus bagi al-Qur’an, sama dengan nama taurat dan injil.
Al-Farra berpendapat, al-Qur’an bukan musytaq dari kata qara-a, tetapi pecahan dari kata qara’in (jamak dari qarinah) yang berarti; kaitan, karena ayat-ayat al-Qur’an satu sama lainnya saling berkaitan. Karena itu nun pada lafal al-Qur’an adalah huruf asli bukan tambahan.
Sedangkan al-Asy’ari juga berpendapat bahwa lafal al-Qur’an mustyaq atau pecahan dari akar kata qarn. Ia mengemukakan contoh kalimat qarnusy-syai bisysyai (menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Kata qarn disini bermakna gabungan atau kaitan, karena surah-surah dan ayat-ayat al-qur’an saling bergabung dan berkaitan.
Diantara ulama yang berpendapat bahwa lafal al-qur’an ditulis dengan tambahan hamzah ditengahnya adalah al-Zajjaj dan al-Lihyani. Menurut al-Zajjaj, lafal al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah ditengahnya berdasarkan pola kata (wazn) fu’lan. Lafal tersebut musytaq dari akar kata qar’un yang berarti jam’un. Selanjutnya ia mengemukakan contoh kalimat quri’al ma’u filhaudi yang artinya air itu dikumpulkan dalam kolam. Dalam kalimat ini kata qar’un bermakna jam’un yang artinya kumpul. Alasannya, al-Qur’an ‘mengumpulkan’ atau ‘menghimpun’ intisari kitab-kitab suci terdahulu.
Al-Lihyani berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah ditengahnya berdasarkan pola kata ghufron dan merupakan musytaq dari akar kata qara-a yang bermakna talaa(membaca). Pendapat al-Lihyani ini yang lazim dipegang oleh masyarakat pada umumnya.
Dengan mengikuti beberapa pendapat di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa secara lughowi al-Qur’an berarti saling berkaitan, berhubungan satu sama lainnya dan berarti pula bacaan.
Dari segi istilah juga terdapat perbedaan pendapat. Diantaranya, menurut Manna’ al-Qaththan, al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Kata kalamullah sendiri berarti setiap kata-kata yang tidak berasal dari Allah, seperti perkataan manusia, jin dan malaikat tidak teramsuk dalam istilah al-Qur’an.
Pendapat lain dikemukakan oleh al-Zarqani, al-Qur’an ialah lafal yang diturunkan kapada nabi Muhammad SAW, dari permulaan surat al-Fatihah sampai akhir al-Naas. Sedangkan Abdul Wahhab Khallaf berpendapat, al-Qur’an ialah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasululloh melalui al-Ruh al-Amin (Jibril as) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasululloh, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk bagi mereka dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya.
Setelah pengertian al-Qur’an sudah kita ketahui, disini kita juga perlu mengetahui bahwa al-Qur’an juga mempunyai beberapa nama, diantaranya;
• Al-huda (petunjuk). Dalam al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi al-Qur’an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum . Kedua, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa . Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman .
• Al-furqan (pemisah). Dalam al-qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang bathil . Al-syifa (obat). Dalam al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada(mungkin yang dimaksud disini adalah penyakit psikologis).
• Al-mau’izhah (nasihat). dalam al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasihat bagi orang-orang yang bertaqwa .
Disamping nama-nama diatas masih ada nama-nama yang lain, yakni; al-Dzikir (peringatan), al-Mushaf (himpunan lembaran), al-Kalam (firman Allah), al-Nur (cahaya), al-Rahman (rahmat), al-Karim (yang mulia), al-‘Ali (yang tinggi), al-Hakim (yang bijaksana), al-Muhaimin (pemberi rasa aman), al-Mubarok (yang diberkahi), al-Ruh (ruh), al-Haq (kebenaran), al-Amr (perintah)

3. Fungsi al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Sudah barang tentu memiliki sekian banyak fungsi baik bagi Nabi Muhammad sendiri maupun bagi kehidupan manusia secara keseluruhan. Diantara fungsi al-Qur’an ialah:
• Bukti kerasulan Nabi Muhammad dan kebenaran ajarannya,
• Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Alloh dan percaya akan kepastian
• Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual dan kolektif,
• Petunjuk syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan tuhan dan sesama manusia. Atau dengan kata lain al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia kejalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.

4. Ulumul Qur’an Dan Ruang Lingkupnya.
Kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari kata Ulum dan Al-Qur’an. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata ilm yang berarti ilmu, sedangkan al-Qur’an sendiri artinya kitab/kalamulloh yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang berkaitan erat dengan al-Qur’an. Kata ilm dibentuk jamak dikarenakan banyaknya ilmu yang berkaitan dan disandarkan dengan al-Qur’an, antara lain; ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu rasmil qur’an, ilmu I’jazil qur’an, ilmu asbabun nuzul, ilmu nasikh wal mansukh, ilmu i’robil qur’an dan ilmu gharibil qur’an.
Dalam segi istilah, para ulama mendefinisikan arti Ulumul Qur’an sebagai berikut; al-Zarqani dalam kitabnya Manabi al-‘Irfan fi Ulum al-Quran, Ulumul Qur’an ialah beberapa pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an dari segi turunya, urut-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaanya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh dan mansukhnya, penolakan hal-hal yang bias menimbulkan keraguan terhadapnya dan sebagainya.
Sedangkan menurut Manna’ al-Qhatthan, Ulumul Qur’an ialah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an, dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunya, pengumpulan al-Qur’an dan urut-urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan al-Qur’an.
Adanya Ulumul Qur’an bertujuan untuk mengetahui segala-ihwal al-Qur’an sejak wahyu pertama turun kepada nabi Muhammad SAW sampai terhimpun menjadi mushaf yang sekarang ada. Dikarenakan Ulumul Qur’an dijadikan sebagai alat bantu yang paling utama dalam upaya membaca lafal-lafal al-Qur’an, memahami isi kandungannya, menghayati, mengamalkan aturan dan hukum ajarannya, serta menyelami rahasia dan hikmah disyariatkannya sesuatu peraturan hukum. Namun demikian, al-Shiddiqy memandang pembahasan Ulumul Qur’an kembali pada beberapa pokok persoalan saja, seperti berikut;
• Persoalan nuzul. Persoalan ini menyangkut dengan ayat-ayat yang diturunkan di Makkah yang disebut dengan Makkiyah, ayat-ayat yang diturunkan di Madinah disebut dengan Madaniyah, ayat-ayat yang diturunkan ketika nabi berada dikampung dinamakan dengan Hadhariyah, ayat-ayat yang diturunkan ketika nabi dalam perjalanan disebut dengan Safariyah, ayat-ayat yang diturunkan diwaktu siang hari disebut dengan nahariyah, ayat-ayat yang diturunkan dimalam hari disebut dengan lailiyah. Persoalan ini juga menyangkut sebab-sebab turun ayat, yang pertama turun, yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang pernah diturunkan kepada seorang nabi dan yang belum pernah diturunkan sama sekali. Persoalan sanad , yang meliputi hal-hal yang mutawatir, yang abad, yang syaz, bentuk-bentuk qiraat nabi, para periwayat dan para penghafal al-Qur’an dan cara tabammul (penerimaan riwayat) Persoalan adab qiraat (cara membaca). Hal ini menyangkut waqaf, ibtida’ (cara memulai), imalah, madd (bacaan yang panjang), takhfif hamzah (meringankan bacaan hamzah), idghom dan lain-lain. Persoalan yang menyangkut lafal al-Qur’an yaitu tentang yang gharib, mu’rob (perubahan akhir kata), majaz (perumpamaan), musytarak (lafal yang mengandung lebih satu arti), muradif, istiarah dan tasybih.
• Persoalan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum, yaitu ayat yang bermakna amm (umum) dan tetap dalam keumummannya, ‘amm yang dimaksud khusus, ‘amm yang dikhususkan oleh hadits, yang nash, yang dhahir, yang mujmal (bersifat global, yang mufashshol (terperinci), yang mantuq dan lain-lain yang berkenaan dalam makna.
• Persoalan makna yang berhubungan dengan lafal, yakni fashl (pisah), washl (berhubung), ijaz (singkat), ithnab (panjang), musawah (sama) dan qashr (pendek).


5. Pendekatan Pemahaman al-Qur’an.
Setiap muslim dan muslimah berkewajiban untuk mengenal, memahami dan menghayati al-Qur’an dengan jalan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Pemahaman al-Qur’an adalah kunci yang dengannya dapat terbuka lebar-lebar pintu rahmat Allah, sebab memahami al-Qur’an berarti memahami kerahmanan-Nya kepada manusia, yang antara lain berwujud dalam aturan-aturan sebagai pedoman bagi kedamaian dan kebahagiaan dan keselamatan hidup dan dan kehidupan di dunia dan di akhirat.
Mengerti al-Qur’an berarti memiliki alat yang dengannya dapat mengenal dan sekaligus membedakan jalan hidup yang lurus, metoda yang tepat dan tujuan hidup yang mulia dari pada jalan, metoda dan tujuan hidup yang hina dina, yang menyesatkan dan menjerumuskan. Dengan pemahaman al-Qur’an yang benar terhadap al-Qur’an, maka terbukalah pintu-pintu kesempatan yang dapat menghantarkan kepada rahmat-Nya ykni hidup yang penuh berkah dan ridha-Nya. Sebaliknya, tidak paham terhadap al-Qur’an berarti tertutuplah pintu-pintu rahmat Allah dengan rapat, hidup terputus dari berkah-Nya, malah penuh dengan amarah-Nya. Demikian itu kiranya yang dimaksud dengan kalimah la’allakum turhamun. Ada beberapa metode untuk memahami al-Qur’an, diantaranya;
• Memahami AI-Qur’an Dengan AI-Qur’an. AI-Qur’an merupakan wahyu Allah yang antara satu dengan lainya saling membenarkan dan menafsirkan karenanya tidak akan kita temukan kontradiksi antara satu ayat dengan ayat lainya. Sebagai contoh Ibnu Katsir menghubungkan ayat 7 dari surat Al-Fatihah dengan surat An-Nisa 69 yg artinya “Dan barang siapa yg mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah yaitu; Nabi-nabi para shidiqin orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yg sebik-baiknya.”
• Memahami AI-Qur’an Dengan Hadits. Disamping dengan ayat atau surat lain AI-Qur’an juga bisa dipahami dari hadits melalui penjelasan dari nabi Muhammad SAW hal ini karena nabi Muhammad SAW memang bertugas untuk menjelaskan Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya. Diantara contoh tafsir dari hadits nabi Muhammad SAW adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh lbnu Mas’ud yang artinya Ketika turun ayat ini “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan imanya dengan kezaliman..” hal ini sangat meresahkan para sahabat. Mereka bertanya; “Ya Rasulullah siapakah diantara kita yang tidak berbuat zalim terhadap dirinya?”. Beliau menjawab “Kezaliman disini bukan seperti yang kamu pahami. Tidakkah kamu mendengar apa yang dikatakan hamba yang shaleh “sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar.”. Kezaliman disini adalah syirik.
• Memahami AI-Qur’an Dengan Asbabun Nuzul. Tidak kurang dari sepertiga Al-Qur’an turun dengan asbabun nuzul . Ini berarti utk memahami maksud tujuan dan kandungan AI-Qur’an harus kita lakukan melalui asbabun nuzul. Menurut Manna Khalil Al Qattan dalam bukunya mabahits fi Ulumil Qur’an mendefinisikan asbabun nuzul “Sesuatu hal yang karenanya AI-Qur’an diturunkan untuk menerangkan status nya pada masa hal itu terjadi baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.” Dengan memahami asbabun nuzul kita menjadi tahu latar belakang diturunkanya suatu ayat atau surat dan dengan itu pula kita menjadi tahu makna dan kandungan suatu ayat dan surat serta terhindar dari pemahaman yang keliru dari kandungan yang sesungguhnya dari satu ayat atau surat. Bahkan dengan asbabun nuzul pula kita bisa mencegah terjadinya penyalahgunaan makna suatu ayat untuk kepentingan-kepentingan yang justru bertentangan dengan misi AI-Qur’an.
• Memahami AI-Qur’an Dengan Qaul Sahabat. Para sahabat merupakan generasi yang merasakan suasana turunya AI-Qur’an apalagi mereka memiliki kesiapan rohani yang kuat untuk bisa menerima pesan-pesan yang terkandung di dalam AI-Qur’an. Karena itu wajar saja apabila utk memahami AI-Qur’an kita juga harus merujuknya kepada ucapan pemahaman atau penafsiran para sahabat terhadap AI-Qur’an. Disamping sahabat yang menjadi khalifah ada banyak sahabat yang sering kali menafsirkan AI-Qur’an misalnya saja lbnu Mas’ud Ubai bin Ka’ab Zaid bin Tsabit Abdullah bin Zubajr Aisyah r. a. dll. Diantara contoh tentang ayat yang ditafsirkan sahabat adalah firman Allah yang artinya “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka itu bersyukur.”. lbnu Abbas menafsirkan ayat tersebut seperti yang dikutip oleh lbnu Katsir bahwa yang dimaksud dengan syaitan menggoda dari depan adalah agar manusia tidak percaya akan kehidupan akhirat dari belakang agar manusia terlalu cinta pada dunia dari kanan agar manusia mengabaikan syari’at dan dari kiri agar manusia lebih cenderung pada dosa dan kemaksiatan.
• Memahami AI-Qur’an Dengan Makna Katanya. AI-Qur’an merupakan kitab suci yang berasal dari bahasa Arab. Oleh karena itu utk memahami ayat-ayat yang terkandung didalam AI-Qur’an kita perlu menggunakan pendekatan dari makna kosa kata yang terdapat dari AI-Qur’an itu hal ini karena meskipun maksud AI-Qur’an tidak persis sama dengan arti harfiyah pada suatu istilah tapi paling tidak berangkat dari makna kosa kata kita akan memahami kemana arah atau makna dari suatu ayat. Sebagai contoh didalam AI-Qur’an terdapat kata “amar ma’ruf dan nahi munkar” yang diterjemahkan dengan memerintahkan yang baik dan mencegah yang buruk. Secara harfiyah ma’ruf itu artinya dikenal yakni sesuatu yg sudah dikenal oleh manusia. Kebaikan pada dasarnya sudah diketahui oleh manusia tapi meskipun manusia sudah tahu tentang kebaikan belum tentu manusia melakukan kebaikan itu. Adapun munkar artinya sesuatu yang diingkari keburukan kemaksiatan dan kebathilan disebut munkar karena pada dasarnya manusia tidak suka kemunkaran itu namun ternyata dengan hawa nafsu manusia malah melakukan kemunkaran itu makanya mereka harus dicegah dari melakukannya. Dengan demikian pendekatan makna kata untuk memahami kandungan suatu ayat menjadi sangat penting kita lakukan utk bisa memahami ayat itu sendiri.
• Memahami AI-Qur’an Dengan Tafsir Para Ulama. Kapasitas keilmuan kita yang belum memadai untuk memahami AI-Qur’an secara langsung tidak membuat kita harus berkecil hati untuk bisa memahami Al-Qur’an dengan baik kita mungkin saja bisa memahami Al-Qur’an dengan baik dengan membaca dan mengkaji penafsiran dan para ulama ahli tafsir yang diakui oleh para ulama dan umat Islam pada umumnya. Kita amat bersyukur karena para ulama itu sangat membantu kita dalam memahami AI-Qur’an dengan kitab yang mereka tulis. Baik ulama dari dalam negeri kita sendiri seperti Prof. Dr. Hamka dgn Tafsir Al Azhar Prof. Dr. Quraish Shihab dengan Tafsir Al Misbah Prof. Dr. Hasbi Ash Shiddiqi dgn Tafsir An Nur dll. Sedangkan ulama dari luar antara lain Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja’far At Tabari dengan Tafsir At Tabari Ismail bin Amr Al Qurasyi bin Katsir dengan Tafsir lbnu Katsir hingga Sayyid Qutb dengan Tafsir Fi Zilalil Qur’an dll.  







DAFTAR PUSTAKA

- Al-Qur’an dan Hadits, Dr. Abuddin Abdul Nata M.A.
- Studi Islam, Prof. Dr. Muhaimin, Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si, Dr. Abdul Mujib, M.Ag.
- Al-Islam, Dr. Muhammad H.MS, Drs. H. Rois Mahfudh.
- Pendidikan Agama Islam, Prof. H. Mohammad Daud Ali S.H.
- Ulumul Qur’an, Drs. H. Romli Abdul Wahid, MA.
- Ulumul Qur’an, Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas al-Qur’an, Drs. Ahmad Izzan M.Ag.

Selasa, 20 Maret 2012

Periodesasi Perkembangan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistik (menyeluruh/kompleks) yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik ataupun psikis, terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi individu dan memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan Individu memiliki beberapa prinsip-prinsip yaitu: Never ending process (perkembangan tidak akan pernah berhenti), Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi (aspek emosional, aspek disiplin, aspek agama dan aspek sosial),Perkembnagan mengikuti pola/arah tertentu (karena perkembangan individu dapat terjadi perubahan perilaku yang dapat dipertahankan atau bahkan ditinggalkan)
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti dan setiap perkembangan memiliki tahapan tahapan yaitu : tahap dikenangkan, tahap kandungan, tahap anak, tahap remaja, tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yang menggunakan patokan umur yang dapat pula digolongkan dalam masa intraterin, masa bayi, masa anak sekolah, masa remaja dan masa adonelen yang lebih lanjut akan disebut dengan periodesasi perkembangan.






B.   Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian periodesasi perkembangan ?
2.      Bagaimana Periodesasi perkembangan yang berdasarkan biologis ? 
3.      Bagaimana Periodesasi perkembangan yang berdasarkan didaktis ?
4.      Bagaimana Periodesasi perkembangan yang berdasarkan psikologis ?


C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulis menulis makalah ini ialah menjelaskan kepada pembaca tentang periodesasi perkembangan, sehingga pembaca dapat mengerti tentang periodesasi perkembangan, baik  yang berdasarkan biologis, yang berdasarkan didaktis maupun yang berdasarkan psikologis. Dan pembaca  dapat  membedakan ketiga pandangan di atas dengan menyelidiki kriteria fase-fase perkembangan tersebut.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Periodesasi Pekembangan
Yang di maksud dengan Periodesasi  yaitu pembagian seluruh masa perkembangan seseorang ke dalam periode-periode tertentu. Sedangkan peskembangan adalah menunjukan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak di ulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi peruban-perubahan yang sedikit banyak bersifa tetap dan tidak dapat diulangi.
Dalam studi ilmu jiwa perkembangan soal periodesasi ini. juga telah mengundang perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Perbedaan pendapat itu pada pokoknya bisa dikelompokkan menjadi dua. Pertama, adalah mereka yang merasa keberatan, atau tegasnya tidak setuju atas diadakannya periodesasi perkembangan. Dan yang kedua, adalah mereka yang tidak berkeberatan alias setuju, walaupun dengan catatan tetentu.[1]

B.     Periodesasi Perkembangan Yang Berdasarkan Biologis.
Periodesasi berdasarkan biologis adalah periodesasi yang pembahasannya berdasarkan pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak, karena pertumbuhan bilogis ikut berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan seorang anak.[2]
 Pembagian masa perkembangan menjadi periode-periode tertentu, berdasarkan gejala berubahnya struktur fisik seseorang. Dengan kalimat lain, periodesasi yang disusun berdasarkan proses biologis tertentu.
Berdasarkan surah Al-Mu’Minun ayat 12-14: 
Artinya : “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Al-Mu’Minun : 12-14)
Para ahli yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Kretschmer
Kretschmer membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) fase, yaitu sebagai berikut :

a.       Fullungsperiode I
Yaitu pada umur 0;0 – 3;0. Pada masa ini dalam keadaan pendek, gemuk, bersikap terbuka, mudah bergaul dan mudah didekati.
b.      Strecungsperiode I
Yaitu pada umur 3;0 – 7;0. Kondisi badan anak nampak langsing, sikap anak cenderung tertutup, sukar bergaul dan sulit didekati.

c.       Fullungsperiode II
Yaitu pada umur 7;0 –13;0. Kondisi fisik anak kembali menggemuk.
d.      Strecungsperiode II
Yaitu pada umur 13;0 – 20;0. Pada saat ini kondisi fisik anak kembali langsing.
2.      Aristoteles
Aristoteles merumuskan perkembangan anak dengan 3 (tiga) fase perkembangan yaitu sebagai berikut :
a.       Fase I
Yaitu pada usia 0;0 –7;0 yang disebut masa anak kecil dan kegiatan pada fase ini hanya bermain.
b.      Fase II
Yaitu pada usia 7;0 –14;0 yang disebut masa anak atau masa sekolah dimana kegiatan anak mulai belajar di sekolah dasar.
c.       Fase III
Yaitu pada usia 14;0 – 21;0 yang disebut dengan masa remaja atau pubertas, masa ini adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa.

Aristoteles menyebutkan pada periodesasi ini disebut sebagai periodesasi yang berdasarkanpada biologis karena antara fase I dengan fase ke II itu ditandai dengan adanya pergantian gigi, sedangkan antara fase ke II dengan fase ke III ditandai dengan mulai bekerjanya organ kelengkapan kelamin.

3.      Sigmund Freued
Freued membagi perkembangan anak menjadi 6 (enam) fase perkembangan yaitu sebagai berikut :
a.       Fase Oral
Yaitu pada usia 0;0 – 1;0. Pada fase ini, mulut merupakan central pokok keaktifan yang dinamis.
b.      Fase Anal
Yaitu pada usia 1;0 – 3;0 Pada fase ini, dorongan dan tahanan berpusat pada alat pembuangan kotoran.
c.       Fase Falis
Yaitu pada usia 3;0 – 5;0. Pada fase ini, alat-alat kelamin merupakandaerah organ paling perasa.
d.      Fase Latent
Yaitu pada usia 5;0 – 12/13;0 Pada fase ini, impuls-impuls cenderung berdada pada kondisi tertekan.
e.       Fase Pubertas
Yaitu pada usia12/13;0 – 20;0 Pada fase ini, impuls-impuls kembali menonjol. Kegiatan ini jika dapat disublimasikan maka seorang anak akan sampai pada fase kematangan.
f.       Fase Genital
Yaitu pada usia 20 ke atas, Pada fase ini, seseorang telah sampai pada fase dewasa.

4.      Jesse Feiring Williams
Williams membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) masa perkembangan yaitu sebagai berikut :
a.       Masa Nursery dan kindergarten yaitu, pada usia 0;0 – 6;0
b.      Masa cepat memperoleh kekuatan/tenaga, yaitu pada usia 6;0 – 10;0
c.       Masa cepat berkembangnya tubuh, yaitu pada usia 10;0 – 14;0
d.      Masa Adolesen yaitu pada usia 14;0 –19;0 adalah masa perubahan pola dan kepentingan kemampuan anak dengan cepat.




C.    Periodesasi Perkembangan Yang Berdasarkan Didaktis
Periodesasi berdasarkan didaktis adalah periodesasi yang pembahasannya berdasarkan pada segi keperluan/materi apa kiranya yang tepat diberikan kepada anak didik pada masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tertentu tersebut.
Para ahli yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Johann Amos Comenilus (Komensky)
Komensky membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) tahap, yaitu sebagai berikut :
a.       Scola Materna (sekolah ibu)
Yaitu pada usia 0;0 – 6;0 Pada fase ini, anak mengembangkan organ tubuh dan panca indra di bawah asuhan ibu (keluarga).
b.      Scola Vermacula (sekolah bahasa ibu)
Yaitu pada usia 6;0 – 12;0 pada fase ini, anak mengembangkan pikiran, ingatan, dan perasaannya di sekolah dengan menggunakan bahasa daerah(bahasa ibu).
c.       Scola Latina (sekolah bahasa latin)
Yaitu pada usia 12;0 – 18;0 pada fase ini, anak mengembangkan potensinya terutama daya intelektualnya dengan bahasa asing.
d.      Academia (akademi)
Academia (akademi) adalah media pendidikan bagi anak usia 18;0 – 24;0.

2.      Jean Jeaques Russeau
Didalam bukunya yang terkenal yaitu “Emile eu du I’education” Jean Jeaques Russeau membagi tahapan perkembangan anak antara lain sebagai berikut :
a.       Pada usia 0;0 – 2;0 tahun adalah masa asuhan.
b.      Pada usia 2;0 – 12;0 tahun adalah masa pentingnya pendidikan jasmani dan alat-alat indera.
c.       Pada usia 12;0 – 15;0 tahun adalah masa perkembangan pikiran dan masa juga terbatas.
d.      Pada usia 15;0 – 20;0 tahun adalah masa pentingnya pendidikan serta pembentukan watak, kesusilaan juga pembinaan mental agama.

3.      Dr. Maria Montessori
Dr. Maria membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) tahap, yaitu sebagai berikut :
a.       Pada usia 1;0 – 7;0 adalah masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia luar dari alat indera.
b.      Pada usia 7;0 – 12;0 adalah masa dimana anak sudah mulai memperhatikan masalah kesusilaan, mulai berfungsi perasaan ethisnya yang bersumber dari kata-kata hatinya dan dia mulai tahu kebutuhan orang lain.
c.       Pada usia 12;0 – 18;0 adalah masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-masalah sosial.
d.      Pada usia 18;0 – 24;0 adalah masa pendidikan di perguruan tinggi, masa melatih anak akan realitas kepentingan dunia. Ia harus mampu berfikir secara jernih, jauh dari perbuatan yang tercela.

4.      Charles E. Skinner
Skinner membagi perkembangan anak menjadi Prenatal Stages dan Postanal Stages dengan perincian sebagai berikut :
a.       Prenatal Stages
1)      Germinal : a fortnigh after consepsion (saat perencanaan).
2)      Embryo : Dari Consepsion sampai pada 6 bulan.
3)      Fetus : Dari 6 bulan sampai ia lahir ke dunia.
b.      Posnatal stage
1)      Parturate : Pada saan ia lahir kedunia sampai pada.
2)      Neonate: 2 Bulan pertamasetelah anak lahir kedunia.
3)      Infant: 2 tahun pertama setelah anak lahir ke dunia.
4)      Preschool child : Pada usia 6;0 – 9;0 tahun.
5)      Intermediate School : pada usia 9;0 –12;0 tahun.
6)      Junior Hight School : Pada Usia 12;0 – 19;0 tahun

D.    Periodesasi Perkembangan Yang Berdasarkan Psikologis
Pada pembagian ini para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut pandang biologis ataupun didaktis. Sehingga para ahli mengembalikan masalah kejiwaan dalam kedudukan yang murni.
Para ahli yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Oswald Kroh
Kroh berpendapat bahwa pada dasarnya perkembangan jiwa anak berjalan secara evolutiv. Dan pada umumnya proses tersebut pada waktu-waktu tertentu mangalami kegoncangan (aktivitas revolusi), masa kegoncangan ini oleh Kroh disebut ‘Trotz Periode’,dan biasanya tiap anak akan mengalaminya sebanyak dua kali, yakni trotz I sekitar usia 3/4 tahun. Trotz II usia 12 tahun bagi putri dan usia 13 tahun bagi laki-laki.

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :
a.       Dari lahir hingga trotz periode I disebut sebagai masa anak awal (0;0 – 03;0/04;0).
b.      Dari Trotz periode I hinga Trotz periode II disebut masa keserasian bersekolah (03;0/04;0 – 12;0/13;0).
c.       Dari trotz periode II hingga akhir masa remaja disebut masa kematangan (12;0/13;0 – 21;0).

2.      Charlotte Buhler
Charlotte membagi perkembangan anak menjadi 5 (lima) fase, yaitu :
a.       Fase I (0;0 – 1;0), Pada fase ini perkembangan sikap subyektif menuju obyektif.
b.      Fase II (1;0 – 4;0), Pada fase ini makin meluasnya hubungan pada benda-benda sekitarnya, atau mengenal dunia secara subyektif.
c.       Fase III (40 – 8;0), Pada fase ini individu memasukkan dirinya kedalam masyarakat secara obyektif, adanya hubungan diri dengan lingkungan sosial dan mulai menyadari akan kerja,tugas serta prestasi.
d.      Fase IV (8;0 – 13;0), Pada fase ini mulai munculnya minat ke dunia obyek sampai pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan sekitarnya secara sadar.
e.       Fase V (13;0 – 9;0) Pada Fase ini, nulai menemukan diri yakin shyntesa sikap subyektif dan obyektif












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata semua konsep atau teori yang telah di ungkapkan itu memiliki kebaikan dan kelemahannya masing-masing seperti tinjauan biologis itu akan terasa bermanfaat bagi anak-anak yang berumur di bawah 5 (lima) tahun dan tinjauan psikologis terasa baik sekali untuk manganalisa anak umur 5 (lima) tahun, di sampingteori-teori tersebutpun terdapat keterkaitan yang tidak perlu dipersoalkan.
Dengan demikian teori-teori tersebut dapat diterapkan menurut situasi dan kondisi serta kepentingan dari pemakai.

















[1] Hamdanah, 2009, Psikologi Perkembangan, Malang : SETARA Press. Hal.2
[2] Abu Ahmad dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembengan, 2009, Jakarta: PT. Rineka cipta, hal.36

About Me

Belajar adalah suatu proses yang mengantarkan kita kepada suatu kesuksesan di masa mendatang.