SELAMAT DATANG DI BLOGKU SEMOGA BERMANFAAT

Sabtu, 14 April 2012

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Organisasi memandang pentingnya diadakan pengembangan sumber daya manusia sebab pada saat ini karyawan merupakan asset yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Disamping itu dalam kegiatan pengembangan sumber daya manusia, perlu adanya koordinasi yang cukup baik antara setiap unit kerja yang ada di dalam organisasi dengan bagian kepegawaian.
Hal ini penting mengingat bahwa setiap unit kerja lebih mengetahui kebutuhan pengembangan yang bersifat pengetahuan dan ketrampilan teknis rai pegawai yang berada di bawahnya. Oleh karena itu, bagian kepegawaian dalam hal ini pengembangan tersebut berperan sebagai pendukung dalam pelaksanaan aktivitas pengembangan dan berhubungan dengan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan teknis dari setiap unit kerja, bagian kepegawaian dapat melakukan perencanaan pengembangan karier pegawai agar organisasi memiliki pegawai yang siap pakai pada saat dibutuhkan untuk posisi atau jabatan baru.
Dalam tahap pengembangan sumber daya manusia ini terdapat dua aspek kegiatan penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni kegiatan pelatihan dan kegiatan pengembangan sumber daya manusia itu sendiri yang dimaksudkan agar potensi yang dimiliki pegawai dapat digunakan secara efektif. Kegiatan pelatihan dipandang sebagai awal yaitu dengan diadakannya proses orientasi yang kemudian dilanjutkan secara berkelanjutan selama pegawai tersebut berada di dalam organisasi.
CIDA (Canadian International Development Agency) seperti dikutip oleh Effendi (1993) mengemukakan bahwa pengembangan sumber daya manusia menekankan manusia baik sebagai alat (means) maupun sebagai tujuan akhir pembangunan. Dalam jangka pendek, dapat diartikan sebagai pengembangan pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi segera tenaga ahli tehnik, kepemimpinan, tenaga administrasi.
Pengertian di atas meletakan manusia sebagai pelaku dan penerima pembangunan. Tindakan yang perlu dilakukan dalam jangka pendek adalah memberikan pendidikan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil. Dalam hal ini Effendi (1992) mengemukakan bahwa meskipun unsur kesehatan dan gizi, kesempatan kerja, lingkungan hidup yang sehat, pengembangan karir ditempat kerja, dan kehidupan politik yang bebas termasuk pendukung dalam pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan merupakan unsur terpenting dalam pengembangannya.
Demikian pula Martoyo (1992) mengemukakan bahwa setiap organisasi apapun bentuknya senantiasa akan berupaya dapat tercapainya tujuan organisasi yang bersangkutan dengan efektif dan efisien. Efisiensi maupun efektivitas organisasi sangat tergantung pada baik dan buruknya pengembangan sumber daya manusia/anggota organisasi itu sendiri. Ini berarti bahwa sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut secara proporsional harus diberikan pendidikan dan latihan yang sebaik-baiknya, bahkan harus sesempurna mungkin.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa pengembangan sumber daya manusia meliputi : unsur kesehatan dan gizi, kesempatan kerja, lingkungan hidup sehat, pengembangan karir ditempat kerja, kehidupan politik yang bebas, serta pendidikan dan pelatihan. Berdasarkan unsur-unsur tersebut, pendidikan dan pelatihan merupakan unsur terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia. Sesuai dengan kesimpulan ini, maka yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia melalui upaya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
Mengenai arti pentingnya pengembangan sumber daya manusia Heidjrachman dan Husnan (1993) mengemukakan bahwa sesudah karyawan diperoleh, sudah selayaknya kalau mereka dikembangkan. Pengembangan ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan melalui latihan (training), yang diperlukan untuk dapat menjalankan tugas dengan baik. Kegiatan ini makin menjadi penting karena berkembangnya teknologi dan makin kompleksnya tugas-tugas pimpinan.
Hingga hasil temuan dari Taylor sebagai bapak Scientific Management, orang masih beranggapan bahwa pengembangan pegawai bukanlah tugas dari para pimpinan. Pendapat yang demikian itu, dalam praktek dewasa ini masih dianut oleh segolongan pemimpin terlebih-lebih mereka yang belum menyadari betapa peranan pengembangan pegawai itu sebagai salah satu cara terbaik untuk merealisir tujuan organisasi yang dipimpinnya.
Untuk bahagian yang lebih besar, para pemimpin dewasa ini telah menyadari bahwa merupakan tugas mereka untuk mengembangkan bawahannya. Jadi dengan demikian jelaslah perkembangan seorang pegawai dalam suatu organisasi banyak ditentukan oleh pimpinan atau atasan.
Bahkan pengembangan sumber daya manusia merupakan keharusan mutlak, seperti yang dikemukakan oleh Siagian (1993) bahwa baik untuk menghadapi tuntutan tugas sekarang maupun dan terutama untuk menjawab tantangan masa depan, pengembangan sumber daya manusia merupakan keharusan mutlak.
Tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Martoyo (1992) adalah dapat ditingkatkannya kemampuan, keterampilan dan sikap karyawan/anggota organisasi sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran-sasaran program ataupun tujuan organisasi.
Menurut Manullang (1980), tujuan pengembangan pegawai sebenarnya sama dengan tujuan latihan pegawai. Sesungguhnya tujuan latihan atau tujuan pengembangan pegawai yang efektif, adalah untuk memperoleh tiga hal yaitu : (1) menambah pengetahuan; (2) menambah ketrampilan; (3) merubah sikap.
Sedangkan manfaat dan tujuan dari kegiatan pengembangan sumber daya manusia menurut Schuler (1992), yaitu :
a) Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk
Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini, yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.
b) Meningkatkan produktivitas
Dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai juga memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan semikian diharapkan juga secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerjanya.
c) Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja
Dengan semakin banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai, maka akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi. Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru, oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.
d) Meningkatkan komitmen karyawan
Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.
e) Mengurangi turn over dan absensi
Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan memberikan dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan demikian juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi.
Jika disimak dari pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan pegawai, pada umumnya adalah sebagai berikut :
a) Agar pegawai dapat melakukan pekerjaan lebih efisien.
b) Agar pengawasan lebih sedikit terhadap pegawai.
c) Agar pegawai lebih cepat berkembang.
d) Menstabilisasi pegawai.
Untuk mengembangkan potensi pegawai melalui kesempatan menjalani penugasan pada jabatan-jabatan hirarki, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Disamping itu bagi para pegawai juga diikut sertakan dalam pendidikan dan pelatihan.
Apabila pegawai dilatih dan selama proses latihan atau pengembangan, pegawai diberitahu atau ditambah pengetahuannya bagaimana cara terbaik dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan tertentu. Bila cara terbaik untuk mengerjakan sesuatu itu benar-benar dikuasai oleh pegawai yang bersangkutan, maka dalam melaksanakan pekerjaan itu dia akan lebih efisien mengerjakannya jika dibandingkan dengan cara mengerjakannya sebelum ia mengikuti latihan yang bersangkutan.
Selanjutnya pegawai yang lebih trampil atau lebih mempunyai pengetahuan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan oleh pimpinan tidak perlu selalu mengawasinya. Jika pegawai dilatih atau dikembangkan yang salah satu tujuannya agar pimpinan dapat mengurangi pengawasannya terhadap pegawai tersebut.
Program-program pendidikan dan pengembangan SDM diarahkan pada pemeliharaan dan peningkatan kinerja pegawai. Program pendidikan adalah suatu proses yang di desain untuk memelihara ataupun meningkatkan kinerja pegawai. Program pengembangan adalah suatu proses yang didisain untuk mengembangkan kecakapan yang diperlukan bagi aktivitas kerja dimasa datang. Ada perbedaan pengertian antara peningkatan dengan pengembangan kinerja pegawai. Peningkatan mengacu pada kuantitas, yaitu meningkatnya kemampuan baru bagi pekerja.
Sedangkan manfaat dari pengembangan pegawai dapat dilihat dalam dua sisi yaitu :
A. Dari sisi individu pegawai yang memberi manfaat sebagai berikut :
a) Menambah pengetahuan terutama penemuan terakhir dalam bidang ilmu pengetahuan yang bersangkutan, misalnya prinsip-prinsip dan filsafat manajemen yang terbaik dan terakhir.
b) Menambah dan memperbaiki keahlian dalam bidang tertentu sekaligus memperbaiki cara-cara pelaksanaan yang lama.c) Merubah sikap.
d) Memperbaiki atau menambah imbalan/balas jasa yang diperoleh dari organisasi tempat bekerja.
Sedangkan dari sisi organisasi, pengembangan pegawai dapat memberi manfaat sebagai berikut :
a) Menaikkan produktivitas pegawai.
b) Menurunkan biaya.
c) Mengurangi turnover pegawai
d) Kemungkinan memperoleh keuntungan yang lebih besar, karena direalisirnya ketiga manfaat tersebut terlebih dahulu.
Manullang (1980) mengatakan bahwa dalam suatu organisasi, sesungguhnya ada tiga golongan yang bertanggungjawab terhadap pengembangan pegawai, yaitu :
a) Pegawai yang bersangkutan.
b) Atasan atau pimpinan pegawai yang bersangkutan.
c) Staf pelaksana pada semua bagian.
Setiap pegawai mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan dirinya sendiri. Selama masih ada kemungkinan, setiap pegawai ingin untuk menambah pengetahuan, ketrampilan atau merobah sikap sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan. Tanpa keinginan itu, pegawai tersebut bersifat statis.
Atasan atau pimpinan bertanggungjawab untuk mengembangkan bawahannya. Sebab bawahan yang ada mempunyai berbagai karakter yang berbeda, maka sesungguhnya tanggungjawab terbesar berada ditangan pemimpin yang bersangkutan. Dengan disadarinya arti penting pengembangan sumber daya manusia oleh pimpinan, maka akan lebih memudahkan dalam merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi yang dipimpinnya.
Pendidikan dan Pelatihan
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli yang berkenaan dengan pendidikan dan pelatihan. Notoatmodjo (1992) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Unit yang menangani pendidikan dan pelatihan pegawai lazim disebut PUSDIKLAT (Pusat pendidikan dan Pelatihan).
Simanjuntak mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah upaya peningkatan kemampuan pegawai yang dalam penelitian ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Selanjutnya ada yang membedakan pengertian pendidikan dan pelatihan, antara lain Notoatmodjo. Menurut Notoadmodjo (1992) pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Sedang pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang.
Westerman dan Donoghue (1992) memberikan pengertian pelatihan sebagai pengembangan secara sistimatis pola sikap/pengetahuan/keahlian yang diperlukan oleh seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya secara memadai. Sedangkan Latoirner seperti dikutip oleh Saksono (1993) mengemukakan bahwa para pegawai dapat berkembang lebih pesat dan lebih baik serta bekerja lebih efisien apabila sebelum bekerja mereka menerima latihan di bawah bimbingan dan pengawasan seorang instruktur yang ahli.
Otto dan Glasser (dalam Martoyo, 1992) menggunakan istilah “training” (latihan) untuk usaha-usaha peningkatan pengetahuan maupun keterampilan pegawai, sehingga didalamnya sudah menyangkut pengertian “education” (pendidikan).
Mengenai perbedaan pengertian pendidikan dan pelatihan Martoyo (1992) mengemukakan bahwa meskipun keduanya ada perbedaan-perbedaan, namun perlu disadari bersama bahwa baik training (latihan) maupun development (pengembangan/pendidikan), kedua-duanya menekankan peningkatan keterampilan ataupun kemampuan dalam human relation.
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan atau keterampilan pegawai yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan (job orientation), sedangkan pendidikan lebih pada pengembangan kemampuan umum.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap-sikap kerja yang kondusif bagi penampilan kinerja pegawai, diselenggarakan pendidikan dan pelatihan pegawai, dan diklat pegawai ini didasarkan atas analisis kebutuhan yang memadukan kondisi nyata kualitas tertentu selaras dengan program rencana jangka panjang organisasi.
Sementara itu sebagai akibat perkembangan zaman yang terus bergulir, dimana permasalahan yang dihadapi menjadi semakin kompleks dan krusial, dipandang bahwa pendekatan sektoral (partial) seperti yang diberlakukan selama ini memiliki hal-hal yang perlu dilengkapi dalam berbagai aspek. Pendekatan yang lebih mendasarkan pada spesialisasi fungsi yang diemban aparatur pemerintah tersebut, sebagaimana telah dijabarkan dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri tampak lebih bersifat terapi dan mengacu kepada urgensitas permasalahan yang dihadapi.
Ada dua strategi pendidikan / pelatihan yang dapat dilakukan organisasi, yaitu pendidikan yang dilakukan didalam organisasi tempat kerja pegawai (on the job training) dan pendidikan yang dilakukan diluar tempat kerja pegawai (off the job training). Strategi atau Metode “on the job training” dilakukan oleh instansi kepada pegawai dengan tetap bekerja sambil mengikuti pendidikan / pelatihan. Kegiatan ini meliputi rotasi kerja dimana pegawai pada waktu tertentu melakukan suatu rangkaian pekerjaan (job rotation). Pegawai secara internal dilatih dan dibimbing oleh pegawai lain yang berkemampuan tinggi dan mempunyai kewenangan melatih (Wilson,dkk,1983; Sloane dan Witney,1988).
Menurut Wilson (1983) ; Sloane dan Witney (1988) metode “off the job training” di lakukan diluar tempat kerja pegawai. Pendidikan / latihan mengacu pada simulasi pekerjaan yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk menghindarkan tekanan-tekanan yang mungkin mempengaruhi jalannya proses belajar. Metode ini dapat juga dilakukan didalam kelas dengan seminar, kuliah dengan pemutaran film tentang pendidikan sumber daya manusia.
“Job rotation” berkaitan dengan pemindahan sementara seorang / sekelompok pegawai dari satu posisi ke posisi lain, sehingga mereka dapat memperluas pengalaman terhadap berbagai aspek operasional instansi. Aktivitas kerja berkaitan dengan pemberian tugas yang penting kepada peserta pendidikan untuk mengembangkan pengalaman dan kecakapan.
Berdasarkan pembicaraan mengenai pengembangan SDM di atas, maka dapat disimpulkan bahwa SDM merupakan komponen terpenting dalam instansi / organisasi. Penggunaan mesin-mesin berteknologi tinggi tidak bermakna tanpa SDM menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mengelola instansi dengan baik pula. Pengelolaan di sini adalah pengelolaan disemua bidang pekerjaan, termasuk pelayanan dan perencanaan.
Cara meningkatkan dan mengembangkan SDM dengan pendidikan/ pelatihan, baik melalui on the job training maupun off the job training.

Selasa, 10 April 2012

Dakwah Nabi Muhammad

A. Kenabian dan Dakwah Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW lebih mengutamakan hidup mengasingkan diri dan menjauh dari keramaian ke gua Hira. Pada usia 40 tahun, beliau mendapat wahyu yang pertama melalui malaikat Jibril, yaitu :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)

Untuk beberapa waktu, Rasulullah kembali melakukan kebiasaannya pergi ke gua Hira. Pada suatu hari, beliau mendengar suara yang datang dari langit, lalau beliau pu mengadahkan pandangan ke arah datangnya suara tersebut. Saat itu dilihatnya malaikat yang datang tempo hari berada di antara langit dan bumi. Beliau segera kemabli pulang ke rumahnya, seraya berkata kepada istrinya Khadijah: “Selimutilah aku, selimutilah aku!”. Maka turun firman Allah Ta’ala, yang merupakan perintah awal dari dakwah Rasulullah:
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (Q.S. Al-Mudatsir: 1-7)

Maka mulailah beliau berdakwah secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya.

Setelah tiga tahun Nabi mengadakan dakwah secara sembunyi-sembunyi, turunlah wahyu yang menginstruksikan untuk berdakwah secara terang-terangan.
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu).” (Q.S. Al-Hijr: 94-95

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Syu’araa: 214-216)

Pada awalnya masyarakat musyrik mencemoohkan dakwah Nabi, tapi ketika mereka menyadari kemajuan dakwah Nabi, mulailah mereka bertindak kejam, menyakiti nabi dan pengikut-pengikutnya. Mereka menentang Islam sebagai akidah yang memiliki sistem, corak, peradaban, politik, sosial, ekonomi dan agama. Ajaran dakwah Nabi bertentangan dengan dasar keyakinan mereka. Secara implisit Islam menentang seluruh institusi masyarakat yang sedang beralangsung saat itu seperti penghambaan diri kepada berhala, kehidupan ekonomi yang bergantung pada tempat-tempat suci, nilai-nilai kesukuan tradisional, otoritas kesukuan Quraisy dan solidaritas klan. Oleh karena itu mereka tidak menghendaki perombakan atas agama dan tatanan sosial mereka, menggantikannya dengan tatanan yang baru. Para pemuka dan aristokrat Quraisy Mekkah, yang menjadi penentang gigih terhadap ajaran Nabi. Umumnya beranggapan bahwa kebangkitan Islam identik dengan kehancuran posisi sosial politik mereka. Mereka ini adalah pihak yang diuntungkan dalam kebodohan masyarakat pada saat itu. Islam dipandang kan menjadi rintangan bagi mereka (Pemuka kaum Quraisy) lalu mereka mengahsut masyarakat untuk menentang dan melawan Nabi Muhammad.
Segala cara dilakukan oleh kaum Quraisy, membujuk Nabi dengan menawarkan harta, tahta, wanita bahkan sampai kepada kekerasan fisik. Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan.
Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk mekah terhadap kaum Muslimin, itu mendorong Nabi Muhammad untuk megungsikan sahabat-sahabatnya keluar Kota Mekah. Pada tahun kelima kerosulanya, nabi menetapkan Habsyiah (Ethopia_sebagai Negara tempat pengungsian, karena Negus raja negeri itu adalah seorang yang adil. Rombongan pertama berjumlah sepuluh orang pria dan empat wanita diantaranya adalah Usman Bin Affan beserta istrinya Rukayah putrid Rasulullah. Kemudian menyusul rombongan kedua sejumlah hamper seratus orang, dipimpin oleh ja’far Ibn Abu Thalib. Usaha suku Quraisy untuk mengahalang-halangi hijrah ke Habsyiah termasuk membujuk Negus agar menolak kehadiran umat Islam disana gagal. Disamping itu, semakin kejam mereka memperlakukan uamat Islam, semakin banyak orang yang masuk Islam. Bahkan, ditengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang suku Quraisy masuk islam yaitu, Hamzah dan Umar Bin Khatab. Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar itu membuat posisi umat Islam semakin kuat.
Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pasa perlindungan Bani Hasyim. Dengan demikian untuk melumpuhkan kaum Muslimin yang dipimpin oleh Muhammad mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim terlebih dahulu secara keseluruhan. Cara yang ditempuh ialah pembaikotan. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini, tidak seorang penduduk Mekahpun diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan dibuat dalam bentuk piagam dan disimpan didalam Ka’bah. Akibat baikot tersebut Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan yang tiada habisnya untu meringankan pemboikotan itu, bani Hasyim akhirnya pindah disuata lembah diluar kota Mekah. Tindakan pembaikotan itu selama tiga tahun dimulai pada tahun ke-7 kenabian. ini merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat Islam.
Pemboikotan ini baru berhenti stelah beberapa pemimpin quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan merupakan tindakan yang keterlaluan. Setelah boikot dihentikan, Bani Hasyim seakan bernafas kembali dan pulang kerumahnya masing-masing, namun iak lama kemudian, Abu Thalib paman Nabi yang menjadi pelindung utamanya meninggal dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, Khadijah istri Nabi meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-10 kenabiaan, tahun itu merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW. Sepeninggalan dua pendukung itu, suku Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap nabi. Melihat reaksi penduduk Mekah demikian rupa, nabi berusaha menyebarkan Islan keluar kota, namun di Thaif ia diejek, disoraki dan dilempari batu, bahkan sampai terluka dibagian kepala dan badannya.
Untuk menghibur nabi yang sedang duka, Allah mengisra’kan dan mengi’rajkan beliau pada tahun ke-10 kenabian itu. Berita tentang isra’ mi’raj ini menggemparkan warga masyarakat Mekah. Bagi orang kafir ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi, sedangkan bagi orang yang beriman ia merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan datang dari sejumlah penduduk Yastrib yang berhaji ke Makkah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj memutuskan untuk masuk Islam. Pada tahun keduabelas kenabian beberapa orang dari Yastrib menyatakan ikrar kesetiaan kepada Nabi, ikrar ini disebut perjanjian ‘Aqabah Pertama’. Pada musim haji berikutnya penduduk Yastrib meminta agar Nabi berkenan pindah ke Yastrib, mereka berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul mereka itu, perjanjian ini disebut perjanjian ‘Aqabah Kedua’.

B. Pembentukan Negara Madinah
Setibanya di Yastrib (Madinah), Nabi secara resmi menjadi pemimpin kota itu. Berbeda dengan periode Makkah pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam tentang kehidupan bermasyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai dua kedudukan, sebagai kepa agama dan juga sebagai kepala negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara barunitu, Nabi meletakkan tiga dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, yaitu :
1). Pembangunan Masjid. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat bermusyawarah, sarana mempererat silaturrahim, bahkan sebagai pusat pemerintahan.
2) Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesame muslim). Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah), dan Anshar (penduduk Madinah yang sudah masuk Islam). Dengan demikian, diharapkan setiap muslim merasa terikat dalam persaudaraan dan kekeluargaan.
3). Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi dan non muslim. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar. Dalam perjanjian itu jelas disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala pemerintahan karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang social, dia juga meletakkan dasar persamaan antar sesama manusia. Perjanjian ini, dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut Konstitusi Madinah.
Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat musuh-musuh Islam menjadi risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan gangguan dari musuh, Nabi sebagai kepala pemerintahan, mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diizinkan berperang dengan dua alasan, yaitu :
1) Untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya
2) Menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya.
Dalam sejarah negara Madinah memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya kaum muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh.
Perang pertama yang sangat menentukan masa depan negara Islam adalah Perang Badar, yang terjadi tanggal 8 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Nabi bersama 305 orang muslim yang membawa perlengkapan sederhana melawan kaum kafir Quraisy yang berjumlah sekitar 1000 orang. Dalam perang ini kaum muslimin keluar sebagai pemenang.
Bagi kaum kafir Quraisy Makkah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan berat. Mereka bersumpah akan balas dendam. Pada tahun ke-3 Hjriah, mereka berangkat menuju Madinah dengan pasukan berjumlah sekitar 3000 orang. Awalnya pasukan Islam berjumlah sekitar 1000, namun karena pembelotan yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay dan 300 orang Yahudi, maka pasukan tersisa hanya 700 orang. Perang ini dinamai Perang Uhud. Dalam perang ini, Islam hampir saja sampai pada kemenanagn, namun mengalami kekalahan yang disebabkan karena godaan harta peninggalan musuh. Pengkhianatan Abdullah bin Ubay diganjar dengan tindakan tegas. Bani Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengannya, diusir ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar.
Mereka yang mengungsi ke Khaibar itu kemudian menyusun rencana bersama penduduk Makkah dan mereka bersekutu untuk menyerang Madinah. Mereka berjumlah sekitar 24.000 orang. Atas usul Salman Al-Farisi, Nabi memerintahkan umat Islam untuk menggali parit untuk pertahanan. Setelah musuh tiba, mereka tertahan oleh parit itu. Namun, mereka mengepung Madinah dengan mendirikan kemah-kemah di luar parit hampir sebulan lamanya. Perang ini terjadi tahun ke-5 H, dan disebut perang Ahzab (sekutu beberapa suku) atau perang Khandaq (parit). Setelah sebulan pengepungan, angin dan badai turun sangat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan musuh. Mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negri masing-masing tanpa hasil apapun.

C. Haji Wada’ dan Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Pada tahun ke-6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, Nabi memimpin sekitar 100 muslimin berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah Umrah, bukan untuk berperang. Mereka mengenakan pakaian ihram tanpa membawa peralatan perang. Sebelum tiba di Makkah, mereka berkemah di Hudaibiyah, beberapa kilometer sebelum Makkah. Penduduk Makkah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain :
1) Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan sampai tahun depan
2) Lama kunjungan dibatasi sampai 3 hari saja
3) Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Makkah yang melarikan diri ke Madinah, t\sedang sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Makkah
4) Selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan Makkah
5) Tiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum Muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.
Setahun kemudian, ibadah haji ditunaikan sesuai dengan rencana. Banyak orang Quraisy yang masuk Islam setelah menyaksikan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.
Genjatan senjata telah memberi kesempatan kepada Nabi untuk menoleh ke berbagai negeri lain sambil memikirkan bagaimana cara mengislamkan mereka. Slah satu cara yang ditempuh Nabi adalah mengirim utusan dan surat kepada kepala-kepala Negara dan pemerintahan. Di antara raja-raja yang dikirimi surat adalah raja Ghassan, Mesir, Abenisia, Persia, dan Romawi. Namun, tak seorang pun yang masuk Islam. Ada yang menolak dengan baik dan simpati, tetapi ada juga yang menolak dengan kasar.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau seluruh jazirah Arab dan mendapat tanggapan positif. Hampir seluruh jazirah Arab menggabungkan diri dengan Islam. Perjanjian Hudaibiyah ternyata memperkuat Islam dan menjadikan orang Makkah terpojok. Mereka kemudian membatalkan perjanjian tersebut. Rasulullah segera bertolak ke Makkah dengan 10.000 orang tentara. Namun, umat Islam bias memasuki kota Makkah tanpa perlawanan. Patung-patung berhala di seluruh negeri dihancurkan, dan beliau berkhotbah menjanjikan ampunan Tuhan terhadap kafir Quraisy. Sesudah itu, mereka dating berbondong-bondong memeluk Islam. Sejak saat itu Makkah berada di bawah kekuasaan Nabi.
Pada tahun ke-9 dan 10 H (630-632 M) banya suku dari berbagai pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad menyatakan ketundukan mereka. Tahun ini disebut dengan tahun perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud; peperangan antarsuku yang berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama.
Dalam haji wada’ (haji terakhir tahun 10 H (631 M), Nabi menyampaikan khotbahnya yag sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara lain :
1) Larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan batil, karena nyawa dan harta benda adalah suci
2) Larangan riba dan larangan menganiaya
3) Perintah untuk memperlakukan istri dengan baik dan lemah lembut dan perintah menjauhi dosa
4) Semua pertengkaran mereka di zaman Jahiiyah harus dimaafkan
5) Balas dendam dengan tebusan darah sebagaimana berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan
6) Persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan
7) Hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik, mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya, memakai seperti yang dipakai tuannya
8) Yang terpenting adalah umat Islam selalu berpegang teguh kepada dua sumber yaitu Al-Qur’an dan Sunah Nabi.
Isi khotbah ini merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan Islam. Selanjutnya, prinsip-prinsip itu bila disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan, dan solidaritas.
Al-Qur’an pun telah sempurna dengan turunnya firman Allah:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Maidah: 3)

Setelah itu, Nabi segera kembali ke Madinah dan mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keamanan dan para da’i dikirim ke berbagai daerah dan kablah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam. Pada hari senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/8 Juni 632 M, Nabi Muhammad SAW wafat dirumah istrinya Aisyah. Nabi tinggal di Makkah selama 13 tahun setelah kenabiannya, dan tinggal di Madinah selam 10 tahun sampai beliau wafat.

Selasa, 03 April 2012

Urgensi Sabar
Sabar merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Nabi Muhammad SAW bersabda yang diriwatkan dari Shuhaib ibn Sinan “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin itu, semua yang ada padanya merupakan hal kebajikan, semua itu dimiliki olehnya, jika mendapatkan kegembiraan segera ia bersyukur dan hal itu merupakan kebaikan baginya, sedangkan ketika ia mendapatkan musibah dan kesusahan ia bersabar dan hal itupun merupakan sebuah kebajikan baginya”
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dapat dikatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
Definisi Sabar
Para ulama mendefinisikan kata sabar dengan sangat beragam. Namun definisi yang yang paling memadai adalah definisi yang dilakukan oleh Dzun al-Nun al-Mishry bahwa sabar adalah: menghindari pelanggaran-pelanggaran, bersikap tenang ketika ditimpa cobaan dan menunjukkan kecukupan tatkala terimpa kemiskinan tentang materi hidup .
Termasuk definisi yang memadai juga adalah apa yang didefinisikan oleh syaikh al-raghib al-Ashfahani dalam ujarannya bahwa sabar adalah mengekang hawa nafsu atas apa yang diingini oleh akal atau syariat, atau sesuatu yang diinginkan oleh akal dan syariat untuk mengekang nafsu dari sesuatu itu sendiri .
Sayyid al-Jurjani mengemukakan tentang arti sabar adalah meninggalkan keluh kesah dari kepahitan cobaan yang menimpa kepada selain Alloh.
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa keluh kesah kapada Alloh tidak menafikan wujud sabar karena yang menafikan wujud sabar adalah berkeluh kesah kepada selain Alloh, seperti yang dilihat oleh sejumlah kaum sufi atas seseorang yang berkeluh kesah kepada orang lain tentang kemiskinannya, maka segera mereka menegurnya “Bagaimana kamu ini, apakah kamu berkeluh kesah tentang Dzat yang memberimu rahmat kepada orang lain?”.
Klasifikasi Sabar.
Para ulama menyebutkan bahwa sabar itu mempunyai 3 pembagian, yakni; 1) sabar dalam ketaatan, 2) sabar dari maksiat, 3) sabar dalam kemalangan yang menimpa.
Sabar dalam ketaatan adalah berusaha istiqomah dalam menjalani syariah Alloh serta berusaha unntuk selalu membiasakan sejumlah ibadah harta, jasmani dan hati. Juga berusaha untuk selalu amar ma’ruf nahi munkar dan selalu bersikap sabar atas kemalangan yang menimpanya dalam laku ibadah itu karena barang siapa yang mewarisi dakwah dan jihad Nabi maka mau tak mau ia akan mendapatkan cobaan seperti yang dialami oleh nabi seperti diftnah, direcuki dan disakiti. Alloh berfirman dalam mengisahkan Luqman yang sedang memberi wasiat kepada anaknya “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungghnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Alloh” .
Sabar dari maksiat adalah memerangi hawa nafsu agar tidak terperosok ke dalam maksiat itu, memerangi agar tidak menyeleweng kepadanya, serta mematahkan hal-hal yang dapat membuatnya terpuruk dalam keburukan dan kerusakan yang digariskan oleh syaitan. Ketika ia berusaha untuk memerangi, membersihkan hati dari semua itu, serta mengembalikan itu semua pada tempat asalnya, maka ia telah mendapat hidayah yang sempurna. Alloh telah berfirman “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” .
Termasuk dari orang-orang yang mendapat janji gembira dari Alloh adalah yang disifati oleh-Nya dalam firmanNya “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)” .
Sabar dalam kemalangan adalah kesadaran bahwa karena dunia ini adalah tempatnya cobaan dan tempaan, maka Alloh menguji iman hambaNya dan Alloh maha mengetahui terhadap hambaNya dengan berbagai macam kemalangan. Alloh menguji para mukmin dengan berbagai macam cobaan untuk mengetahui mana yang baik serta berharga dan mana yang buruk untuk mengetahui siapa yang munafik dan siapa yang merupakan mukmin sejati. Alloh berfirman “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu dan juga kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dari orang-orang yang mempersekutukan Alloh, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan” .
Manfaat dan Hikmah Sabar
Kesabaran adalah kunci agar kita selalu ditemani dan dibimbing Allah. Sabar menghantarkan seseorang menjadi manusia sejati, tangguh, elegan, dan bermartabat. Betapa banyak kerusakan yang terjadi akibat manusia tidak bisa bersabar. Banyak kegagalan perencanaan hidup juga diakibatkan karena kurangnya kesabaran. Sabar memiliki banyak manfaat dan hikmahnya, di antaranya sebagai berikut:
1. Sabar Sebagai Penolong
Kesabaran bisa menjadi penolong yang akan menyelamatkan seseorang dari bahaya, baik bahaya dunia terlebih lagi bahaya akhirat. Contoh kecilnya misalnya di dalam berkendaraan. Betapa pun ia terburu-buru, ia tetap mengemudikan kendaraannya dengan penuh kehati-hatian dan sesuai aturan. Saat lampu lalu lintas berwarna merah, ia pun berhenti dengan rela, saat di dalam kota, kendaraan pun diperlamban, tidak melebihi 40 atau 50 km/jam. Ia tetap menghargai hak-hak kendaraan lain yang ada di depan maupun di belakang, termasuk memberi kesempatan kepada pejalan kaki atau pengguna sepeda. Jika kesabaran demikian yang dipraktikkan setiap pengendara kendaraan bermotor, maka Insya Allah ia akan selamat dari kecelakaan, ia selamat dari kejaran polisi karena tidak mengebut di dalam kota sampai melampaui batas kecepatan, dan orang lain pun akan selamat dari ulahnya kalau saja ia tidak sabar akibat terlalu cepat.
2. Pembawa Keberuntungan
Setiap manusia normal pasti menginginkan keberuntungan. Seorang yang sedang berdagang, ia menginginkan dapat memperoleh laba yang banyak dari dagangannya. Seorang siswa, pelajar atau mahasiswa, ia menginginkan keberuntungan dengan kelulusan dari studinya, baik keberuntungan dalam arti naik kelas, naik tingkat, atau lulus plus karena memperoleh nilai yang exelence. Sebagaimana tersurat dalam firman Allah SWT berikut, ”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” . Tak ada yang perlu diragukan dari janji Allah SWT, karena Allah tak pernah dan tak akan pernah mengingkari janji-Nya. Tak ada yang perlu dibimbangkan lagi dari keberuntungan bagi orang-orang beriman yang sabar dan bertakwa, keberuntungan itu pasti datang, pasti akan mereka terima, baik di dunia maupun di akhirat. Kalau tidak di dunia, pasti di akhirat, asal mereka benar-benar beriman dan benar-benar sabar.
3. Mendatangkan Keuntungan yang Besar
Orang berdagang, lalu untung, itu biasa. Tapi, kalau pedagang yang beruntung besar, nah ini pantas menjadi berita. Inilah yang dinyatakan Allah SWT dalam Al-Qur`an bahwa keuntungan yang besar akan dapat diraih oleh hamba-hamba-Nya yang sabar. Sabar di dalam menjalankan perintah Allah SWT dan ajaran Rasulullah saw, meskipun keadaannya dalam kesulitan. Tetap kokoh dalam menjauhi semua yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, serta tahan uji terhadap segala cobaan.
Dengan demikian, bersabarlah. Niscaya kesabaran akan menjemput kita ke tempat terbaik. Terbaik dalam peruntungan, hasil, dan tindakan. Sampai akhirnya kita akan mereguk kenikmatan abadi di akhirat kelak.

Minggu, 01 April 2012

Filosof Plato

Filosof Yunani kuno Plato tak pelak lagi cikal bakal filosof politik Barat dan sekaligus dedengkot pemikiran etika dan metafisika mereka. Pendapat-pendapatnya di bidang ini sudah terbaca luas lebih dari 2300 tahun. Tak pelak lagi, Plato berkedudukan bagai bapak moyangnya pemikir Barat,

Plato dilahirkan dari kalangan famili Athena kenamaan sekitar tahun 427 SM. Di masa remaja dia berkenalan dengan filosof kesohor Socrates yang jadi guru sekaligus sahabatnya. Tahun 399 SM, tatkala Socrates berumur tujuh puluh tahun, dia diseret ke pengadilan dengan tuduhan tak berdasar berbuat brengsek dan merusak akhlak angkatan muda Athena. Socrates dikutuk, dihukum mati. Pelaksanaan hukum mati Socrates --yang disebut Plato "orang terbijaksana, terjujur, terbaik dari semua manusia yang saya pernah kenal"-- membikin Plato benci kepada pemerintahan demokratis.

Tak lama sesudah Socrates mati, Plato pergi meninggalkan Athena dan selama sepuluh-duabelas tahun mengembara ke mana kaki membawa.

Sekitar tahun 387 SM dia kembali ke Athena, mendirikan perguruan di sana, sebuah akademi yang berjalan lebih dari 900 tahun. Plato menghabiskan sisa umurnya yang empat puluh tahun di Athena, mengajar dan menulis ihwal filsafat. Muridnya yang masyhur, Aristoteles, yang jadi murid akademi di umur tujuh belas tahun sedangkan Plato waktu itu sudah menginjak umur enam puluh tahun. Plato tutup mata pada usia tujuh puluh.

Plato menulis tak kurang dari tiga puluh enam buku, kebanyakan menyangkut masalah politik dan etika selain metafisika dan teologi. Tentu saja mustahil mengikhtisarkan isi semua buku itu hanya dalam beberapa kalimat. Tetapi, dengan risiko menyederhanakan pikiran-pikirannya, saya mau coba juga meringkas pokok-pokok gagasan politiknya.yang dipaparkan dalam buku yang kesohor, Republik, yang mewakili pikiran-pikirannya tentang bentuk masyarakat yang menurutnya ideal.

Bentuk terbaik dari suatu pemerintahan, usul Plato, adalah pemerintahan yang dipegang oleh kaum aristokrat. Yang dimaksud aristokrat di sini bukannya aristokrat yang diukur dari takaran kualitas, yaitu pemerintah yang digerakkan oleh putera terbaik dan terbijak dalam negeri itu. Orang-orang ini mesti dipilih bukan lewat pungutan suara penduduk melainkan lewat proses keputusan bersama. Orang-orang yang sudah jadi anggota penguasa atau disebut "guardian" harus menambah orang-orang yang sederajat semata-mata atas dasar pertimbangan kualitas.

Plato percaya bahwa bagi semua orang, entah dia lelaki atau perempuan, mesti disediakan kesempatan memperlihatkan kebolehannya selaku anggota "guardian". Plato merupakan filosof utama yang pertama, dan dalam jangka waktu lama nyatanya memang cuma dia, yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang kelamin. Untuk membuktikan persamaan pemberian kesempatannya, Plato menganjurkan agar pertumbuhan dan pendidikan anak-anak dikelola oleh negara. Anak-anak pertama-tama kudu memperoleh latihan fisik yang menyeluruh, tetapi segi musik, matematika dan lain-lain disiplin akademi tidak boleh diabaikan. Pada beberapa tahap, ujian ekstensif harus diadakan. Mereka yang kurang maju harus diaalurkan untuk ikut serta terlibat dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sedangkan orang-orang yang maju harus terus melanjutkan dan menerima gemblengan latihan. Penambahan pendidikan ini harus termasuk bukan cuma pada mata pelajaran akademi biasa, tetapi juga mendalami filosofi yang oleh Plato dimaksud menelaah doktrin bentuk ideal faham metafisikanya.

Pada usia tiga puluh lima tahun, orang-orang ini yang memang sudah betul-betul meyakinkan mampu menunjukkan penguasaannya di bidang teori-teori dasar, harus menjalani lagi tambahan latihan selama lima belas tahun, yang mesti termasuk bekerja mencari pengalaman praktek. Hanya orang-orang yang mampu memperlihatkan bahwa mereka bisa merealisir dalam bentuk kerja nyata dari buku-buku yang dipelajarinya dapat digolongkan kedalam "kelas guardian." Lebih dari itu, hanya orang-orang yang dengan jelas bisa. menunjukkan bahwa minat utamanya adalah mengabdi kepada kepentingan masyarakatlah yang bisa diterima ke dalam. "kelas guardian."

Keanggotaan guardian tidak dengan sendirinya menarik perhatian masyarakat. Sebab, jadi guardian tidaklah banyak mendapatkan duit. Mereka hanya dibolehkan memiliki harta pribadi dalam jumlah terbatas dan tak boleh punya tanah buat rumah pribadinya. Mereka menerima gaji tertentu dan tetap (itu pun dalam jumlah yang tak seberapa), dan tidak dibolehkan punya emas atau perak. Anggota guardian tidak diperkenankan punya famili yang terpisah tempatnya, mereka harus makan berbareng, punya pasangan bersama. Imbalan buat pentolan-pentolan filosof ini bukannya kekayaan melainkan kepuasan dalam hal melayani kepentingan umum. Begitulah ringkasnya sebuah republik yang ideal menurut Plato.

Republik terbaca luas selama berabad-abad. Tetapi harus dicatat, sistem politik yang dianjurkan didalamnya belum pernah secara nyata dipraktekkan sebagai model pemerintahan mana pun. Selama masa antara jaman Plato hingga kini, umumnya negara-negara Eropa menganut sistem kerajaan. Di abad-abad belakangan ini beberapa negara menganut bentuk pemerintah demokratis. Ada juga yang menganut sistem pemerintahan militer, atau di bawah tiran demagog seperti misalnya Hitler dan Mussolini. Tak satu pun pemerintahan-pemerintahan ini punya kemiripan dengan republik ideal Plato. Teori Plato tak pernah jadi anutan partai politik mana pun, atau jadi basis gerakan politik seperti halnya terjadi pada ajaran-ajaran Karl Marx, apakah dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hasil karya Plato, kendati diperbincangkan dengan penuh penghargaan, sebenarnya sepenuhnya disisihkan orang dalam praktek? Saya pikir tidak.

Memang benar, tak satu pun pemerintahan sipil di Eropa disandarkan atas model Plato secara langsung. Namun, terdapat persamaan yang mengagumkan antara posisi gereja Katolik di Eropa abad tengah dengan "kelas guardian" Plato. Gereja Katolik abad pertengahan terdiri dari kaum elite yang mempertahankan diri sendiri agar tidak layu dan tersisihkan, yang anggota-anggotanya mendapat latihan-latihan filosofis resmi. Pada prinsipnya, semua pria, tak peduli dari mana asal-usulnya dapat dipilih masuk kependetaan (meski tidak untuk wanita). Juga pada prinsipnya, para pendeta itu tak punya famili dan memang diarahkan semata-mata agar mereka memusatkan perhatian pada kelompok mereka sendiri, bukannya nafsu keagungan disanjung-sanjung.

Peranan partai Komunis di Uni Soviet juga ada yang membandingkannya dengan "kelas guardian" Plato dalam dia punya republik ideal. Di sini pun kita temukan kelompok elite yang kesemuanya terlatih dengan filosofi resmi.

Gagasan Plato juga mempengaruhi struktur pemerintahan Amerika Serikat. Banyak anggota konvensi konstitusi Amerika mengenal dan tak asing dengan gagasan-gagasan politik Plato. Dia maksud, sudah barang tentu, agar Konstitusi Amerika Serikat membuka kemungkinan menggali dan mempengaruhi kehendak rakyat. Dan juga diinginkan sebagai sarana memilih orang-orang yang paling bijak dan paling baik untuk memerintah negara.

Kesulitan menentukan arti penting pengaruh Plato sepanjang masa --meski luas dan menyebar-- adalah ruwet dipaparkan dan bersifat tidak langsung. Sebagai tambahan teori politiknya, diskusinya di bidang etika dan metafisika telah mempengaruhi banyak filosof yang datang belakangan. Apabila Plato ditempatkan pada urutan sedikit lebih rendah ketimbang Aristoteles dalam daftar sekarang ini, hal ini terutama lantaran Aristoteles bukan saja seorang filosof melainkan pula seorang ilmuwan yang penting. Sebaliknya, penempatan Plato lebih tinggi urutannya ketimbang pemikir-pemikir seperti John Locke, Thomas Jefferson dan Voltaire, sebabnya lantaran tulisan-tulisan ihwal politiknya mempengaruhi dunia cuma dalam jangka masa dua atau tiga abad, sedangkan Plato punya daya jangkau lebih dari dua puluh tiga abad.

About Me

Belajar adalah suatu proses yang mengantarkan kita kepada suatu kesuksesan di masa mendatang.